Senin, 01 Oktober 2012

Sukses Pertanian Di Tapin Berkat Penyuluh

RANTAU, - Keberhasilan pertanian di kabupaten Tapin berkat peran serta penyuluh yang turun kelapangan berbaur dengan petani dan memberikan penyuluhan langsung di tengah-tengah sawah. Kebijakan pemerintah kabupaten Tapin yang menempatkan satu penyuluh untuk satu desa ternyata cukup berpengaruh terhadap hasil pertanian dan para petani dapat dibantu dalam menangani permasalahan yang dihadapi mereka. “ Keberhasilan pertanian di daerah ini tidak luput dari peran penyuluh yang gigih dan cermat di lapangan dalam menangani permasalahan yang di hadapi oleh petani,” kata Kepala Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura H Masyraniansyah,SP kepada wartawan belum lama tadi di Rantau. Menurut Masyraniansyah, produksi pertanian di daerah ini dari tahun ke tahun terus meningkat dan para petaninya juga semakin pintar dan ahli dalam menangani lahan pertaniannya. “ Bahkan para petani di daerah ini lebih banyak tahu lebih dahulu permasalahan yang dihadapi mereka karena mereka sudah mengetahuinya terlebih dahulu melalui media masa baik telivisi maupun media cetak melalui Koran atau majalah.”katanya. Dan diakui bahwa program pertanian di kabupaten Tapin kini semakin digalakan dan dilakukan dengan memberdayakan petani itu sendiri dengan dibantu oleh para tenaga penyuluh lapangan melalui program sekolah lapang Budidaya Tanaman terpadu (SL-PTT). Program Sekolah Lapang Pengembangan Budidaya Tanaman Terpadu (SL-PTT) terbukti dapat meningkatkan produksi padi. Program ini dilaksanakan di 9 kecamatan di kabupaten Tapin, dan hasilnya dari tahun ketahun terbukti dapat meningkatkan produkdsi padi di kabupaten Tapin, dan program ini dimulai sejak tahun 2007 lalu yang semula bernama program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan tahun 2008 berubah nama menjadi SL-PTT yang tujuannya untuk peningkatan produksi padi. Dijelaskannya program ini adalah penerapan teknologi pertanian kepada petani yang tergabung dalam sebuah kelompok yang tergabung dalam laboratorium lapang yang dipantau oleh penyuluh dan didampingi dengan dana bantuan sosial untuk biaya pertemuan dan sarana produksi padi seperti pupuk, obat-obatan serta pestisida sesuai kebutuhan oleh kelompok. ” Dalam sekolah lapang (SL) ini yang tidak dibantu kecuali bibit atau benih padi karena setiap anggota kelompok sudah mendapatkan bantuan bibit atau benih melalui bantuan langsung benih unggul (BLBU).”katanya. Dikatakannya di kabupaten Tapin terdapat SL sebanyak 456 unit tersebar di 9 kecamatan di kabupaten Tapin. Dan dalam setiap kelompok minimal ada lahan 25 hektar dan dengan kesepakatan anggota kelompok disediakan 1 hektar untuk dijadikan laboratorium lapang. Dalam program ini setiap kelompok dipantau oleh seorang penyuluh dan didampingi dana untuk biaya pertemuan dan kebutuhan sarana produksi padi (Saprodi) yang cukup, dan terbukti dengan pengelolaan menggunakan sistem dan program ini telah menghasilkan produksi padi yang terus meningkat. ” Sedangkan khusus pada demplot atau laboratorium lapang di lahan satu hektar terbukti hasilnya lebih besar lagi yaitu berkisar antara 7,5 -7,9 ton perhektar,” tandasnya. ”Sementara untuk hasil produksi padi diluar program ini hanya menghasilkan produksi padi rata-rata sebesar 4,5 -4,8 ton perhektar,” tambahnya. Dengan bukti nyata hasil produksi padi di lahan SL yang dikelola dengan baik dan menerapkan teknologi pertanian yang memadai serta didukung dengan biaya yang cukup maka hasilnya juga meningkat, dalam setiap SL tersebut di dampingi empat orang petugas yaitu seorang tenaga penyuluh, satu orang menteri tani, satu orang pengamat hama pertanian dan satu orang petugas Balai Penyuluh Pertanian (BPP) kecamatan. Dan yang tak kalah pentingnya juga dalam peningkatan produksi padi di daerah ini adalah penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk organik produksi local yaitu enzim trikompus yang banyak membantu para petan karena selain mudah didapat danjuga harganya lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pupupuk kimia sehingga lebih hemat.